Islam sedariawal menyadari
keterbalakangan pemahaman tentang hak perempuan. Tidak tanggung-tanggung
kehadiran risalah Islam di mekkah dahulu menggemparkan banyak orang. Titik
revolusioner dari hakikat peran perempuan yang tadinya dianggap menjadi kaum
dengan derajat rendah di mata masyarakat Arab. Sejarah membuka mata betapa
hinanya dahulu seorang perempuan, bahkan kesedihan dan kekhwatiran mendalam
tatkala punya anak perempuan itu dirasakan. Lebih gilanya lagi aksi pembunuhan,
untuk mereka bayi yang terlahir perempuan. Dengan tegas, kehadiran Islam
membawa kesejukan dengan konsep kehidupan islami. Putaran penuh menjengkelkan
banyak manusia bersumbu pendek kala itu, mereka tidak terima Islam, dianggap
berbahaya karna konsep pandangan mulianya, termasuk konteks perempuan. Perlahan
demi perlahan peran perempuan dianggap sangat berharga, begitu mulianya Islam
tercermin dari perlakuan rasulullah terhadap istrinya. Sabda beliau mewasiatkan
dalam sebuah hadist riwayat muslim “Aku
wasiatkan kepada kalian untuk berbuat baik kepada para perempuan” (HR.Muslim
: 3729), serta “Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap istrinya, dan aku
adalah yang paling baik terhadap istriku.” (HR.Tirmidzi).
Perjuangan kemerdekaan hak perempuan
nampaknya tidak usai dan belum akan berhenti, namun satu titik kritis saya amat
menyayangkan ketika dalil perjuangan jauh dari etika dan nilai Islam. Terkhusus
bagi kaum feminis, ada beberapa pandangan keliru atas kritikannya yang justru
menghancurkan pandangan hidup yang sudah baik. Seakan tembok kebaikan yang
telah dibangun usaha dihancurkan demi idealisme perlakuan yang sama untuk berbagai
hal. Perjuangannya digandrungi kebebasan hak atas nama HAM yang justru melebar
pada aspek yang saya fikir tidak selayaknya itu disuarakan. Salah satu contoh
kebabasan atas tubuh perempuan, konsekuensinya tuntutan legalisasi aborsi,
prostitusi, hingga LGBT. Semoga saya keliru. Perlakuan yang wajar terhadap
perbuatan itu semua sama sekali bukan solusi, konteks pandangan Islam bahwa syariat
yang ditetapkan atas perempuan sama sekali bukanlah faktor pembantaian hak,
perendahan derajat perempuan, bukan, Islam sebagai pedoman hidup yang benar
paham sekali. Nalar Islam menyadari arti perempuan lebih dalam dan menjangkau
seluruh aspek yang ada, penyimpulan syariat terhadap perempuan adalah makna
kasih sayang Islam agar perempuan terjaga dengan baik kehormatannya.
Pandangan Islam adalah pandangan
visioner, penyimpangan yang terjadi seperti LGBT selayaknya harus diobati. Hujatan,
cacian, kebencian terhadapnya memang salah, tapi juga salah ketika kita justru
mewajari dan membiarkan, apalagi menyuarakan sebagai HAM dan menjadikannya
sebagai perlakuan yang lazim di masyarakat yang amat menjujung norma kebaikan.
Negara selayaknya sebagai pemerintah dan regulator harus melindungi mereka dalam
konteks mengobati. Kita ingin Indonesia tumbuh dengan keluarga yang sehat, masyarakatnya
tumbuh berkelanjutan. Selamat hari perempuan! Tumbuh hebat berkontibusi
membangun dan mendidik bangsa menjadi masyarakat yang sehat, kuat, dan hebat.
aamiin
sumber gambar : https://www.liputan6.com/health/read/3355211/27-negara-jadikan-hari-perempuan-sedunia-hari-libur-nasional
Komentar
Posting Komentar