Gairah kehidupan muncul takkala visi menghampiri
perasaan untuk berkembang atau mewujudkan sesuatu, lantas orang-orang menyebutnya sebuah
harapan. Muncul ke permukaan dengan aroma positif dan membawa seseorang kepada
titik jelas arah kehidupan. Satu kata
ini sangat akrab ditelinga kita, tak pernah jauh melekat karna pun dari kecil orang
tua atau guru tk senantiasa bertanya tentang sebuah harapan atau dulu biasa
kita kenal dengan cita-cita.
Hari
berjalan, waktu terus mengiris usia, tak pelak kesadaran telah dewasa untuk
memahami arti kehidupan secara perlahan. Sebagian orang sangat beruntung ketika
ia dikenalkan konsep tujuan kehidupannya dari usia dini, sehingga perjalanan
menaruh harapan tak lagi keliru atau bimbang ragu. Namun, sebagian lagi
terheran pada usia dewasa, mempertanyakan persoalan filosofis yang mungkin
membuat sebagian orang terperangkap cemas karna bingung akan arti kehidupannya.
Bahayanya ketika persoalan tersebut melahirkan dentuman negatif pada alam
fikiran yang membuat seseorang frustasi hingga ia lepas kendali. Maka kembali
kepada paragraf awal, perlu sebuah harapan besar dan juga benar agar proses
kehidupan berdiri diatas koridor kebenaran.
Pertanyaan
besar menuai bingung dan perlu solusi bagi mereka yang terperangkap
dipersimpang jalan, tak tahu harus kemana dan untuk apa ia ada. Akal tercipta
dengan potensi luar biasa, melihat konsep mendalam kehidupan tentang ada dan
tiada kita.
“Aku
tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beibadah kepadaku” -Az Zariyah :56
Refleksi
dalam memahami ayat suci Al Qur’an di atas, sebuah penunjuk jelas agar
seseorang paham dan mengerti kemana langkah kaki dibawa pergi. Sebuah rules kehidupan untuk mencetak rumus
agar tak keliru menatap masa depan. Maka ini adalah tiket berharga untuk
merangkai kebahagiaan sejati, meminta ampun kepadanya dan melaksanakan segala
perbuatan yang mengundang cinta dan ridho-Nya, membenahi hati dengan keikhlasan
dan berlomba-lomba dalam kebaikan. Semudah senyum depan saudara atau salam
terhadap muslim sesama sebagai bagian dari amal ibadah.
Harapan
tak lagi pendek melihat cakrawala kehidupan, berfikir dangkal bahwa hidup
sebatas makan di pagi hari lantas tidur di malam hari dan selesai. Ada
konsekuensi yang harus kita bayar ketika seluruh pandang telah fokus menaruh
harapan terbesar yakni kembali kepada kampung otentik dengan tenang dan
perasaan damai yaitu perbanyak amal shaleh dan terus berinvestasi menghimpun
sebanyak bekal untuk kehidupan selanjutnya.
Wahai
jiwa yang tenang!, Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan
diridhai-Nya, Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke
dalam surga-Ku.
- Al Fajr 27-30
Komentar
Posting Komentar